Di abad ini, dunia terbagi dalam dua dimensi ruang, yaitu dunia nyata dan maya. Diperkirakan, dunia maya berkembang begitu pesat sejak awal tahun 2000-an dan menurut beberapa pakar diprediksi kehidupan manusia kedepannya akan semakin dinamis. Kondisi ini diperkuat oleh beberapa faktor pendukung seperti gampangnya mengakses sumber informasi dari berbagai media.
Perbedaan ragam dunia ini pastinya membuat perbedaan sikap yang terjadi di dalam masyarakat. Ketika di zaman dahulu, orang tua biasanya menasihati anak dengan sikap yang tegas dan ditakuti. Hal ini sangat berdampak pada sikap anak yang senantiasa menurut tanpa perlawanan ketika diberi nasehat dan pengajaran dari orang tua mereka. Namun keadaan yang kontradiktif justru terjadi di era yang semakin maju seperti saat ini. Banyak sekali kita jumpai anak-anak yang melakukan perlawanan terhadap nasihat yang diberikan orang tua atau dalam bahasa sederhananya susah diatur dan akan berujung pada sikap anak yang tidak terarah, susah diatur dan melakukan tindakan tanpa mempertimbangkan sebab akibat yang ditimbulkan. Berkata kasar dan sikap yang tidak sopan terhadap sesama merupakan salah satu dampak buruk dari sikap anak pada saat ini. Memang tidak bisa digeneralisasikan kepada semua anak yang terlahir di zaman melinium sekarang, namun beberapa kasus yang terjadi cukup menjadi representasi dari keadaan anak yang tidak baik dalam lingkungan sosial.
Dilansir dari berbagai media pemberitaan baik cetak, elektronik, maupun daring, ada setidaknya dua kasus perundungan (bullying) yang terjadi beberapa waktu belakangan ini. Seorang mahasiswa disabilitas mendapatkan perlakuan deskriminatif dari teman sejawatnya. Hal yang memprihatinkan khalayak ramai ialah pelaku perbuatan perundungan ini merupakan mahasiswa yang dianggap memiliki kecerdaasan intelejensi dan emosional yang baik. Namun mereka justru menunjukkan sikap yang tidak terpuji. Kemudian seorang anak perempuan mendapatkan perlakukan kasar oleh beberapa temannya secara beramai-ramai sehingga membuat anak tersebut jatuh tersungkur ke lantai. Dari pihak korban selain mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan secara fisik tetapi juga menghilangkan kemartabatannya sebagai seorang anak manusia yang memilliki hak dilindungi dan kebebasan untuk hidup secara mental. Lebih dari itu yang sangat disayangkan adalah perbuatan tersebut dilakukan oleh anak-anak.
Menurut salah seorang pakar anak Indonesia, Abah Ihsan, dalam sebuah acara televisi swasta dia mengatakan bahwa, ada dua faktor utama yang menjadi peran penting dalam pembentukan karakter seorang anak dalam bersikap di lingkungan masyarakatnya. Dua faktor tersebut ialah keluarga dan lingkungan. Beliau menganalogikan seorang anak seperti sebuah perangkat lunak/software. Ketika perangkat tersebut tidak diarahkan dan digunakan dengan baik, pengguna dalam hal ini adalah orang tua, maka mereka akan mencari pengguna/user lain untuk mengoperasikannya. Artinya bahwa ketika anak tidak memiliki pengarahan yang baik dari orang tua, maka anak tersebut akan mencari pengalihan tempat untuk memuaskan hasrat keingintahuan mereka yang tinggi. Jika mendapatkan pengarahan yang baik akan menjadi suatu hal yang bermanfaat bagi anak nantinya, namun jika terjerumus pada hal yang tidak baik maka akan membentuk peribadi anak yang berakhlak tercela. Selain itu juga lingkungan menjadi faktor pendukung pembentuk karakteristik anak. Dengan berada pada lingkungan yang kondusif, baik lingkungan masyarakat nyata ataupun masyarakat maya, akan membentuk karakteristik baik pada anak tersebut.
Menyikapi kejadian ini sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan. Selain mengoptimalkan peran keluarga dan lingkungan juga bisa dilakukan dengan memperkenalkan dan mengajarkan kepada anak tentang nilai luhur yang terdapat pada cerita-cerita dahulu salah satunya yaitu dongeng cerita rakyat. Seperti yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo dalam memperingati hari anak yang ke-23 di Jakarta. Beliau mendongeng di atas rumput dan di lapangang terbuka dengan mengumpulkan beberapa anak-anak usia dini dan membawakan sebuah dongeng cerita rakyat salah satunya yaitu Sangkuriang. Ini menjadi sebuah rujukan yang baik bahwa dongeng bisa menjadi alat pengajaran yang baik kepada anak-anak.
Cerita rakyat zaman dahulu selalu memiliki nilai moral dan pengajaran akhlak yang baik di setiap ceritanya. Misalkan cerita rakyat Putri Gading Cempaka. Terdapat nilai moral yang terkandung dan pengajaran akhlak yang baik di dalamnya misalkan seorang anak harus berbakti kepada orang tua, bersikap sopan santun terhadap sesama, dan rela membantu. Hal ini mencerminkan kehidupan dengan akhlak yang baik anak-anak di zaman dahulu kala. Menjadi unggul dalam pembentukan karakter anak bangsa saat ini ialah bahwa kita tetap bisa meniru pola perilaku yang baik para leluhur melalui alur sebuah cerita dongeng.
“Bengkulu Mendongeng” merupakan program kerja Duta Bahasa (Dubas) Bengkulu yang membantu kantor Bahasa Bengkulu dalam menyebarluakan sastra lisan dan tulisan kepada khalayak ramai. Kegiatan rutin yang sudah hampir satu tahun dilakukan tersebut, tidak hanya untuk memperkenalkan sastra kepada masyarakat tetapi juga untuk memberikan pengajaran moral kepada anak-anak melalui media sastra itu sendiri. Dengan memiliki nilai moral yang baik untuk menjadi landasan bersikap anak-anak diharapkan mendongeng cerita rakyat juga bisa memberikan khazanah keluasan berpikir pada anak tentang menjadi seorang individu yang baik yang didapatkan dari pengajaran pengalaman sebelumnya yang terkandung dalam sebuah cerita rakyat.
Pesan yang ingin penulis sampaikan ialah mari kita bekerjasama untuk membentuk karakter dan pribadi anak-anak Indonesia yang baik dan berbudi luhur. Peran orang tua yang memberikan pengajaran dalam lingkungan keluarga akan bekerja maksimal jika didukung oleh peran lingkungan masyarakat yang baik. Pengajaran mendongeng menjadi sebuah alternatif baik yang bisa digunakan sebagai salah satu media pengajaran dan pembentukan karakter anak yang cerdas dan berakhlak mulia. SAYA ANAK INDONESIA, SAYA BERGEMBIRA.
Penulis: Muhammad Syahwalan
Duta Bahasa Bengkulu 2015