Batu Betiang
Pada masa itu ada beberapa orang sakti yang terkenal di daerah Rejang maupun di wilayah Sumatera bagian selatan. Orang-orang itu dikenal dengan panggilan Si Pahit Lidah yang menguasai wilayah Rejang, Pagar Alam, dan Palembang, juga ada Jago Setahun yang menguasai wilayah Anggut Cawang Lekat.
Jago Setahun memiliki dua saudara yang dikenal dengan nama Bujang Semamang dalam Bulan yang menguasai wilayah Ulu Musi dan satu lagi bernama Tras Benei yang menjadi hulubalang di Kutei Jago Setahun. Mereka berempat adalah orang sakti dan kuat pada masa itu sehingga memiliki banyak nama dan julukan. Seperti Si Pahit Lidah yang dinamakan demikian
karena apapun yang terucap oleh lidahnya akan menjadi kenyataan.
Jago Setahun adalah orang sakti dari Cawang Lekat yang bila bertapa akan menghabiskan waktu setahun dan apabila terbangun dan berjaga akan menghabiskan waktu setahun.
Wilayah Rejang memiliki dua aliran sungai yang cukup besar, yaitu aliran Sungai Musi dan aliran Sungai Ketahun. Kedua sungai ini berhulu di Pegunungan Bukit Barisan di wilayah Rejang. Sungai Ketahun hulunya terletak di Bukit Barisan dan bermuara ke Laut Bengkulu. Sungai Ketahun memiliki keistimewaan dari sungai-sungai lain yaitu pada muara Sungai Ketahun laut sedikit terbelah karena aliran sungainya yang sangat deras. Hulu Sungai Ketahun berseberangan dengan Hulu Sungai Musi yaitu sama-sama terletak di Bukit Barisan.
Sungai Ketahun memiliki beberapa cabang sungai kecil di antaranya adalah Sungai Sulup yang terletak di Bukit barisan yang alirannya menuju Desa Babakan Baru, Bermani Ulu Raya. Terdapat keajaiban di daerah Rejang yang disebabkan oleh keempat orang sakti ini. Ceritanya seperti ini.
Keempat orang sakti tersebut berteman akrab, suatu ketika mereka sedang berkumpul dan berbincang-bincang di Kutei Jago Setahun. Ketika sedang berbincang-bincang Si Pahit Lidah menyampaikan maksudnya untuk membangun sebuah tebet (bendungan) di aliran Sungai Ketahun sehingga aliran airnya dapat meluap dan merendam Noak Musei. Setelah itu Si Jago Setahun yang gantian bercerita kalau ia ingin membangun sebuah istana yang besar dan megah di Anggut Cawang Lekat. Sedangkan Si Bujang Sememang dalam Bulan dan Si Tras Benei hanya ingin menguasai wilayah yang telah mereka tinggali masing-masing. Sehabis perbincangan itu mereka kemudian berpisah dan mulai mengerjakan rencana masing-masing.
Si Jago Setahun dibantu oleh dua adiknya dalam meramu di hutan mengumpulkan bahan-bahan untuk membangun istananya di Cawang Lekat. Mereka bertiga lalu bekerja sama menebang pohon dan memotong-motong kayunya di hulu aliran Sungai Sulup. Ketika lewat beberapa hari mereka bekerja membuat ramuan Rumah, Si Jago Setahun kemudian tersentak oleh bencana yang mungkin diakibatkan oleh sahabatnya Si Pahit Lidah yang ingin membangun tebet dan merendam Noak Musei yaitu seluas dataran wilayah Rejang. Seluruh yang terkena luapan aliran Sungai Ketahun dari tebet yang dibangun oleh Si Pahit Lidah tersebut dapat memusnahkan seluruh makhluk yang berada di dalamnya termasuk seluruh rakyat Rejang.
Si Jago Setahun kemudian berkata kepada kedua saudaranya mengenai kekhawatirannya tersebut. Mendengar kekhawatiran Si Jago Setahun, kedua saudaranya Bujang Semamang dalam Bulan dan Tras Benei sepakat untuk mencoba memberitahu Si Pahit Lidah agar mengurungkan niatnya tersebut. Maka mereka bertiga berangkatlah ke Turan Tiging tepatnya Hulu Sungai Ketahun tempat Si Pahit Lidah sedang bekerja. Mereka meninggalkan ramuan istana di Sungai Sulup dalam keadaan kayu yang sudah terpotong-potong.
Sesampainya di sana, mereka melihat Si Pahit Lidah sedang mengangkat sbleki tanah untuk menimbun aliran Sungai Ketahun, mereka melihat bahwa pekerjaannya sudah hampir selesai. Melihat ketiga orang temannya datang, Si Pahit Lidah menghentikan pekerjaannya dan duduk beristirahat, pada saat inilah Si Jago Setahun berkata kepada Si Pahit Lidah.
“Baiknya kau hentikan pekerjaanmu sekarang juga wahai Si Pahit Lidah” Kata Si Jago Setahun.
“Ada apa yang bisa menghentikan pekerjaanku membuat tebet di aliran Sungai Ketahun ini?” jawab Si Pahit Lidah.
Si Bujang Semamang Bulan lalu berbohong, ia berkata “Kami mendengar kabar bahwa anak yang kau tinggalkan di Pagar Alam baru saja meninggal.”
Mendengar kabar tersebut Si Pahit Lidah kemudian terkejut “Benarkan demikian? Jika Benar maka aku harus meninggalkan tempat ini secepatnya.”
“Ya benar, pekerjaanmu harus kau hentikan pula. Bagaimana pekerjaan kami di Sungai Sulup pun juga sudah berhenti.”
Kemudian Si Pahit Lidah berkata “Tidak apa-apa, karena ramuan pohon yang sudah kalian potong-potong itu nanti paling hanya akan mengeras menjadi batu!” seketika itu potongan-potongan kayu pohon di di Sungai Sulup yang akan menjadi ramuan istana Si Jago Setahun itu pun langsung menjadi batu yang berbentuk mirip potongan-potongan kayu berbentuk balok. Saat itu ramuan di Sungai Sulup tersebut telah menjadi suatu tempat yang indah dan di keramatkan bernama Batu Betiang. Sedangkan tebetyang tidak selesai dikerjakan oleh Si Pahit Lidah lama-kelamaan membentuk sebuah danau yang dahulu dikenal dengan nama Pemebet Si Pahit Lidah atau sekarang di kenal dengan nama Danau Tes.
Peneliti : Riqqah Dhiya Ramadhanty
Penutur : Djuria
Persebaran : Bermani Ulu Raya, Kabupaten Rejang Lebong.