Di sebuah desa hiduplah seorang pemuda yang bernama Bujang Bekurung, dia memiliki dua orang kekasih yang tinggal pada desa itu pula. Mereka adalah Beteri Kembang Kundur dan Panau Jarang. Akan tetapi Bujang Bekurung lebih memilih menikah dengan Beteri Kembang Kundur, sehingga membuat Panau Jarang Kecewa dan sakit hati. Melihat hal itu Panau Jarang berusaha mencari akal untuk membunuh Beteri Kembang Kundur.
Dengan akal liciknya, Panau Jarang mengajak Beteri Kembang Kundur mencari kayu bakar. “Bateri bagaimana kalua kita mencari kayu bakar? Ajak Panau Jarang. “Iya, ayo Panau Jarang,” seru Beteri. Akhirnya mereka berdua berjalan menuju hutan setempat. Sesampainya di hutan Panau Jarang hanya memotong sedikit kayu bakar, kemudian dia pulang meninggalkan Bateri Kembang Kundur yang terus mencari kayu bakar sampai memenuhi keranjangnya.
Sesampai di rumah, Panau Jarang menemui Bujang Bekurang, “Hai Bujang Bekurang, mengapa istrimu begitu malas. Aku lelah mendapatkan satu keranjang kayu bakar, tetapi istrimu separuhpun belum ia dapatkan,” ujar Panau Jarang. Mendengar ucapan Panau Jarang Bujang Bekurang hanya diam saja, seolah-olah tidak menghiraukannya. Panau Jarang menjadi geram karena Bujang Bekurang tidak menghiraukan ucapannya. Panau Jarang berpikir Bujang Bekurang tidak akan memarahi istrinya. Keesokan harinya karena tidak merasa puas, Panau Jarang kembali mengajak Beteri Kembang Kundur mengambil daun untuk atap. “Beteri bagaimana kalau kita mencari dan belebas (sejenis daun rumbia)?” Ajak panau jarang. “Mari Panau Jarang”, ujar Bateri Kembang Kundur.
Sesampai di hutan lagi-lagi Panau Jarang mengambil beberapa helai daun belebas, kemudian dia pulang meninggalkan Beteri Kembang Kundur yang terus mecari daun belebas sebanyak mungkin. Sesampai di rumah, Panau Jarang menemui Bujang Bekurung kembali. “Hai Bujang Bekurung, mengapa istrimu begitu jahat. Ia telah membohongi aku, aku terus mencari daun belebas, tetapi dia hanya makan saja”, ujar Panau jarang. “Biarkan saja Panau Jarang, itu adalah kehendaknya,” jawab Bujang Bekurung.
Panau Jarang pun bertambah kecewa karena Bujang Bekurung tetap mengampuni kesalahan Beteri Kembang Kundur. Beteri Kembang Kundur tidak pernah menaruh rasa curiga kepada Panau Jarang. Hingga pada suatu hari Panau Jarang mengajak Beteri Kembang Kundur kembali mencari daun, dan Beteri Kumbang Kundur tetap menurutinya. Lagi-lagi Panau Jarang meninggalkan Beteri Kembang Kundur. Panau Jarang menemui Bujang Bekurung kembali. “Wahai Bujang Bekurung, apakah kau tidak tahu kalau istrimu telah memotong ayam kesayanganmu” kata Panau Jarang. Ia membawa kelapa, kukuran kelapa, masak nasi dan gulai di hutan dan dia memasak ayam itu untuk dijadikan gulai, tambah Panau Jarang.
Ketika Beteri Kembang Kundur sampai dari hutan dan menginjakkan kaki ke pondok, tiba-tiba Bujang Bekurung memenggal kepala istrinya hingga meninggal. Melihat kejadian itu Panau Jarang sangat senang dan puas, ia berfikir kalau Beteri Kembang Kundur meninggal maka Bujang Bekurung akan kembali kepadanya dan akan menjadi suaminya.
Tiga hari meninggalnya Beteri Kembang Kundur, Nenek Bujang Bekurung menumbuk beras untuk memasak kue guna mengadakan selamatan untuk Beteri Kembang Kundur. Tiba-tiba Beteri Kembang Kundur datang dengan wujud seperti anak gadis dan membantu neneknya menumbuk beras, dan membuat kue. Setelah selesai ia pamit kepada neneknya untuk pulang. Akan tetapi neneknya mengaharapkan supaya gadis itu mau menginap barang sehari. Beteri Kembang Kundur menolak dengan alasan takut ibunya nanti heran dan cemas.
Sepeninggal Beteri Kembang Kundur, Bujang Bekurung terus menemui Panau Jarang. Setelah hari ke tujuh meninggalnya Beteri Kembang Kundur, ia pun datang kembali menemui neneknya. “ Nek apakah nenek sudah mengambil bambu untuk lemang?’ tanya Beteri Kembang Kundur. “Belum anakku siapa yang akan membantu nenek untuk mengambilnya?” sahut neneknya. Lalu dimanakah paman Bujang Bekurung berada Nek?’tanya Beteri Kembang Kundur lagi. Sepeninggal cucu penganten (istrinya) Bujang Bekurung selalu di rumah paman Jarang” Jawab Neneknya. “Kalau begitu bagaimana kalau aku mengajaknya mengambil bambu Nek?” kata Beteri Kembang Kundur. “Ajaklah anakku” Jawab Neneknya.
Lalu Beteri Kembang Kundur pergi menuju rumah Panau Jarang, Ia menemui Bujang Bekurung suaminya di rumah Panau Jarang. “Paman Bujang Bekurung, ayo kita mengambil bambu untuk membuat lemang, karena hari ini hari ketujuh meninggalnya bibi Beteri Kembang Kundur” Ajak Beteri Kembang Kundur. Akhirnya Bujang Bekurung menuruti ajakan Beteri Kembang Kundur. Setelah Bujang Bekurung mengambil keranjang dan pisau kemudian mereka pergi menyeberangi sungai untuk mengambil bambu. Bujang Bekurung bertugas menebang bambu dan Beteri Kembang Kundur memotonginya menjadi bagian-bagian kecil lalu mencucinya. Bujang Bekurung duduk di atas batu di belakang Beteri Kembang Kundur. Dalam hatinya, Bujang Bekurung heran melihat Beteri Kembang Kundur. Ia berpikir mengapa gadis ini mirip sekali dengan istrinya, Beteri Kembang Kundur. Kemudian ia bernyanyi “Sungguh aku merasa sedih aku melihatnya Beteri Kembang Kundur, mengapa seperti istriku Beteri Kembang Kundur, sepuluh jarinya penuh dengan cincin, juga memakai selendang jarang Beteri Kembang Kundur.
Lalu Beteri Kembang Kundur menjawabnya. “Kalau benar Beteri Kembang Kundur telah meninggal, kasihan sekali paman. Meninggal karena dipenggal dengan rotan besar karena paman telah kena fitnah Panau Jarang. “Sudahlah, mari kita pulang.”kata Bujang Bekurung.
Sesampai di rumah Bujang Bekurung berpikir, kemudian dia pergi ingin melihat kubur Beteri Kembang Kundur. Ketika ia melihat kubur Beteri Kembang Kundur ia terperanjant dan terkejut ketika melihat lubang besar di makam Beteri Kembang Kundur. Kemudian lubang itu ia tutup dengan batu dan batang hingga lubang itu tertutup semua. Sedangkan Beteri Kembang Kundur pulang dari mengambil bambu ia langsung memasak lemang. Setelah selesai hari sudah ssore. Lalu Beteri Kembang Kundur berpamitan untuk pulang kepada neneknya. “ Nek aku harus pulang,” Menginaplah dulu anakku, karena setelah kali ini kita tidak akan repot lagi mengadakan doa bagi cucu pengantin.” Bujuk neneknya. “Maaf Nek, aku tidak bisa, aku harus pulang.”ujar Beteri Kembang Kundur.
Dari awal nenek Bujang Bekurung tidak mengetahui siapa sebenarnya gadis yang selama ini menolongnya memasak, bahkan orang tuaanyapun tidak tahu. Tetapi setelah ia pulang ke makamnya, ia tidak dapat menemukan lobang besar di atas makamnya, tempat ia masuk. Tiba-tiba datang Bujang Bekurung mengejutkannya. “Pilu rasanya hatiku,kalau makan terasa sekam, kalau minum terasa duri, ini gerangan penyebabnya.” Ujar Bujang Bekurung. Beteri Kembang Kundur menunduk.”Maafkan saya Kak, harus bagaimana lagi ingin pulang sudah tidak mungkin, mungkin inilah takdirku. Aku harus ikut Kakak Bujang Bekurung. Apakah menjadi penjaga ayam kesayanganmu, atau menjadi penjaga pintu rumahmu?” iba Beteri Kembang Kundur. “Tidak, kamu akan tetap menjadi istriku, Beteri Kembang Kundur” ujar Bujang Bekurung. “Baiklah Kak.”jawab Beteri Kembang Kundur. Ketika mereka berjalan menuju rumah, Panau Jarang menjadi terkejut dan akhirnya Panau Jarang bunuh diri dari pada menahan rasa sakit hati.