Mantra Menyialang
- Jinak-jinak ko medau kagea uku
Jinak-jinak ko medau gomoa uku
Sajagok-jagok ko medau jagok kanei uku
Uku magea ko kareno jagok unui nu
Teko ko mio ko nemot ku
Mis ko medau masiak lem kuasoku
Mis ko medau harus jijai milikku
Hop kato Allohu
2. Ya Alloh tuhanku,
Keley uku cahayo lem ateiku
Keley uku cahayo lem pandang gen uku
Keley gen uku cahayo, nak sisi kanenku, kideuku, mukoku, belakangku
Keley gen uku nak lem saraf-sarafku, daging-dagingku
Jika dialihbahasakan, maka mantra tersebut berbunyi sebagai berikut.
- Jinak-jinaklah kau lebah madu temui aku
jinak-jinaklah kau lebah madu kerubungilah aku
sekuat-kuatnya engkau lebah madu, masih kuatlah aku
aku menemuimu karena aku lebih kuat darimu
datanglah kamu kesini, kamu aku tunggu
manis kamu madu masih dalam kuasaku
manis kau madu harus jadi milikku
Hap! Itulah kehendak Allah.
2. Ya Allah ya Tuhanku
berilah aku cahaya di dalam hatiku
beri aku cahaya dalam pandangan namaku
beri aku biar bercahaya di sisi kanan, kiri, depan dan belakangku
berilah padaku dalam saraf-sarafku dan masuk ke dalam daging-dagingku
Mantra di atas dibacakan saat seseorang mau mengambil madu. Mantra tersebut terdiri atas dua bait dimana bait pertama terdiri dari delapan larik dan bait kedua hanya lima larik saja. Setiap larik pertama terdiri antara enam hingga tujuh suku kata. Hanya pada larik kedelapan bait pertama yang terdiri dari empat suku kata dan larik keempat–kelima bait kedua yang terdiri dari sebelas suku kata. Rimanya berpola aaaaaaab untuk bait pertama dan aaaaa untuk bait kedua. Pembukaan mantra didahului dengan penegasan bahwa manusia merupakan mahluk yang lebih mulia dan lebih kuat dari lebah yang akan dipanen madunya. Kemudian, larik-larik selanjutnya juga berupa penegasan akan kemuliaan tersebut. Penutupnya berupa pernyataan bahwa kelebihan tersebut sudah menjadi kehendak yang kuasa.
Repetisi juga ditemukan di dalam mantra tersebut, yakni pengulangan kata ku/aku yang merujuk kepada diri. Pengulangan tersebut merupakan bentuk sugesti untuk memunculkan keberanian menghadapi lebah. Hal tersebut sekaligus mengimplikasi bahwa tiada yang perlu ditakutkan selain Allah.
Mantra Menghadapi Lawan yang Lebih Besar
Nangku kaca aribikam aribikum, aku mlupat ke tanah: tanah yakin. Laut saudaraku. Gunung saudaraku. Tunduk laut dan gunung padoku seorang kato Alloh. Mantra yang diperuntukkan dalam hal-hal yang tidak terlalu sakral memiliki bentuk yang lebih sederhana. Secara struktur biasanya hanya merupakan rangkaian kalimat tanpa bait atau larik, namun tetap memiliki unsur estetik melalui repetisi kata dan bunyi. Terdapat pula kata yang tidak dimengerti/ tidak memiliki arti (aribikam aribikum). Mantra di atas dalam Bahasa Indonesia kurang lebih berbunyi; “dipangku kaca/cermin aribikam aribikum, saya melompat ke tanah: tanah yakin. Laut saudaraku. Gunung saudaraku. Tunduk laut dan gunung seorang padaku kata Allah”. Isi dari mantra tersebut masih serupa dengan mantra di atas merupakan sugesti untuk menumbuhkan keyakinan pada diri. Dalam mantra ini keyakinan itu diperoleh dengan mengaitkan diri dengan lingkungan yang maha besar; laut dan gunung.
Peneliti : Sarwo Ferdi Wibowo, M. Yusuf, Titih Sugiharti