Disebuah desa hiduplah seorang pemuda yang memiliki kurap di sekujur tubuhnya. Penyakitnya itu membuatnya dijauhi orang-orang kecuali seorang nenek yang mau merawatnya. karena penyakitnya itu pemuda itu dipanggil dengan sebutan Bujang Kurap. Suatu malam, Bujang Kurap bermimpi didatangi oleh seorang kakek yang berkata kepadanya “berjalanlah engkau menelusuri Sungai Ketahun hingga sampai pada sebuah desa yang sedang merayakan kejei dan bawalah tujuh buah lidi ini.”

Bujang Kurap lalu mengikuti perintah kakek dalam mimpi tersebut, ia lalu mulai berjalan menyusuri aliran Sungai Ketahun hingga tibalah ia pada sebuah pondok di pinggir sungai yang ditinggali oleh seorang nenek. nenek tersebut sangat baik karena mau memberikan tempat beristirahat. Bujang Kurap lalu bertanya kepada nenek “Nek, adakah didekat sini desa yang sedang menyelenggarakan kejai?” nenek lalu menjawab “ada di dekat sini, tetapi jangan lah kau datang ke sana karena warga desanya sangat sombong-sombong dan jahat.” mendengar itu Bujang Kurap tidak menyurutkan niatnya, setelah cukup beristirahat Bujang Kurap lalu mulai berjalan menuju desa yang dimaksud dan benar saja dari jauh ia melihat ada keramaian.

Bujang Kurap berjalan pelan ke arah kerumunan warga yang sedang menikmati kejei, namun ia tidak sengaja menabrak tubuh seorang pemuda hingga ia terjatuh dan tudung yang dikenakannya terlepas. Pemuda itu yang melihat rupa Bujang Kurap tidak menolongnya justru menghina dan mengejek fisiknya “Astaga alangkah buruk rupa manusia ini, sungguh jijik aku melihatnya. Dasar orang cacat berani-beraninya mengotori pakaianku.” Pemuda itu lalu menarik tubuh Bujang Kurap lalu mendorongnya ke tengah-tengah keramaian yang mengolok-oloknya.

Bujang Kurap lalu mengeluarkan tujuh batang lidi yang dibawanya, ia lalu menancapkan tujuh lidi tersebut ke tanah, “Jika memang kalian hebat, coba cabut satu saja lidi yang saya tancapkan ke tanah ini.” Warga dusun menertawakan dan meremehkan Bujang Kurap tetapi kemudian ketika seseorang mencoba mencabut lidi tersebut secara ajaib ia tidak mampu menariknya. Melihat air keluar dengan sangat deras warga dusun bersorak karena mereka tidak perlu jauh-jauh mengambil air di sungai lagi, ketika Bujang Kurap mencabut lidi yang kedua keluarlah pasir, warga desa masih lengah dan tidak menyadari. Akan tetapi ketika Bujang Kurap mencabut lidi ketiga, keempat, kelima, keenam, dan ketujuh mata air dan pasir tadi berubah menjadi lautan lumpur yang secara cepat merendam desa beserta seluruh warganya yang tidak sempat menyelamatkan diri.

Peneliti : Riqqah Dhiya Ramadhanty

Penutur : M. Baksir

Daerah Persebaran : Kabupaten Lebong

Tags:

Comments are closed

Pojok Bahasa & Sastra
Selanjutnya ...
Arsip
Lokasi