Di sebuah desa yang penduduknya ramai hiduplah dua orang gadis yang bersahabat. Salah satu gadis itu adalah anak raja. “Bagaimana kalau kita mengambil daun?”ajak anak raja.
“Mari,”ujar sahabatnya kepada anak raja. Kemudian mereka berjalan, tiba-tiba mereka bertemu dengan Sang Menguk, mereka berdua ketakutan dan berlari karena dikejar oleh sang Menguk. Akhirnya anak sang raja tertangkap oleh sang Menguk, lalu dibawa ke hutan belantara. Ketika sampai di pondok sang Menguk, Sang Menguk berkata kepada neneknya.
“Nenek, lihatlah saya sudah mendapatkan istri,”ujar sang menguk. Sang Menguk itu adalah Raksasa besar yang tidak memiliki hidung. Kerjanya hanya menakuti orang saja. Sang menguk hanya hidup berdua dengan neneknya yang juga tidak memiliki hidung. Mereka satu pondok.
“Oh beruntung sekali engkau cucuku, dimanakah engkau mendapatkan istri yang sangat cantik ini,”tanya nenek Sang Menguk.
Sedangkan anak raja terus saja ketakutan, sahabatnya pulang ke desa dan melaporkan, bahwa anak raja dibawa oleh sang Menguk. Penduduk tidak berani bertindak begitu mendengar nama Sang Menguk.
Suatu pagi, sang Menguk berniat memotong hidung anak raja. Agar mereka serupa, sama-sama tak mempunyai hidung.
“Bangunlah cucu penganten, pisau telah diasah untuk memotong hidungmu”kata sang nenek Manguk membangunkan anak raja. Anak raja menjadi bingung dan sangat ketakutan, akhirnya ia bangun juga. “Sebentar ya nek, aku mengambil air dulu, biar enak nantinya,”ujar anak raja, Lalu anak raja mengambil sambaing yaitu alat untuk mengambil air yang terbuat dari bambu untuk mengangkat air di sungai.
Anak raja menangis terus, sambal mengangkat air, dia terus berpikir bagaimana caranya keluar dari kesulitan. Setelah berada di sungai, akhirnya dia mendapatkan akal juga. Ia hanyutkan sambaing tersebut, lalu ia berenang di sungai, sesampai di darat ia berlari sekuat tenaga, sang Manguk dan neneknya tidak mengetahui karena mereka sedang di pondok.
“Mengapa cucu penganten lama sekali mengambil airnya,”gumam sang Nenek Manguk.
Sedangkan anak raja, sang Beteri sudah sampai di pemandiannya sendiri, wajahnya pucat sekali.
“wahai Beteri, apa yang terjadi?”tanya orang yang melihat Beteri si Anak raja.
Akum mau dijadikan istri oleh sang Manguk, dan hidungku mau mereka potong,”ujar anak raja, sang Beteri.
“Lebih baik engkau masuk ke dalam geronggang, ruang batang enau,”saran seorang pengawal. Tak lama kemudian Manguk datang dan bertanya kepada orang yang sedang berkumpul.
“Mana istriku, sang Beteri,”tanya sang Manguk.
‘Istrimu Beteri, sudah masuk ke dalam geronggang enau itu, kalau kamu mau bertemu, masuklah ke dalam geronggang enau itu wahai sang Manguk.”kata seorang pengawal. Akhirnya sang Manguk masuk, saat sang Manguk masuk, puteri raja keluar, dan secepat kilat warga menutup geronggang enau itu, dan menimpunnya dengan batu dan pasir, sehingga sang Manguk tak bisa keluar. Kemudian batang enau itu dibakar, matilah sang Manguk dan Beteri kembali kepada orang tuanya.
Comments are closed